Quantcast
Channel: evangelisasi – UCAN Indonesia
Viewing all articles
Browse latest Browse all 64

Imam Yesuit ‘senior’ melukis untuk evangelisasi

$
0
0

 

Pastor Lambertus Sugiri van den Heuvel SJ berusia 84 tahun ketika ia diminta untuk bergabung dalam sebuah kursus melukis yang diadakan oleh kelompok Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Paroki St. Theresia di Menteng, Jakarta Pusat, Februari tahun lalu.

“Saya disodori kuas, kanvas dan cat supaya ikut. Saya senang sekali,” katanya kepada ucanews.com.

Ia dan lima orang lainnya mengikuti kursus melukis yang dipandu oleh seorang pelukis dari Bali itu.

“Sebenarnya ini seperti suatu bakat atau kesenangan yang terpendam yang tidak mungkin saya pernah pakai dan kembangkan karena menjadi pastor. Tidak ada waktu untuk hobi karena saya selalu melayani umat,” kata imam kelahiran Belanda itu.

Anak tertua dari 10 bersaudara itu mulai menyukai lukisan sejak ia masih kecil. Saat liburan, ia sering pergi ke museum untuk melihat lukisan. Ia bahkan mengoleksi sejumlah buku tentang lukisan.

“Kursus melukis itu memacu kerinduan saya,” katanya.

Secara teknis, Pastor Sugiri saat ini sudah pensiun. Namun, ia masih berkarya sebagai pastor rekan dan moderator WKRI di paroki itu. Ia juga menjadi moderator pembaruan karismatik Katolik dan pendamping kursus evangelisasi.

Pastor Sugiri mulai belajar melukis dengan minyak. Namun, ia kemudian beralih ke akrilik.

“Ini lebih cepat dan juga bagus, hanya lebih sulit,” katanya.

0127i

 

Spiritualitas Santo Ignatius

Sebagai seorang imam Yesuit, semangat Pastor Sugiri untuk melukis sangat dipengaruhi oleh spiritualitas Santo Ignatius.

“Waktu itu saya membaca karangan-karangan dari seorang imam Yesuit dari Belanda, Jeronimo Nadal SJ. Ternyata Nadal bukan hanya memberi renungan tentang spiritualitas Santo Ignatius, tapi ia juga membuat ‘alkitab,’” kata imam yang tetap menjadi warga negara Belanda setelah datang ke Indonesia tahun 1952 itu.

Pastor Sugiri berusaha keras untuk mendapatkan sebuah salinan dari buku Nadal tersebut. Ia bahkan meminta bantuan pusat Yesuit di Belanda untuk mencari buku itu di Arsip Vatikan di Roma.

“Dan ternyata di situ ada. Lalu saya dikirimi. Isinya 150 gambar atau lukisan hitam-putih. Dengan demikian saya tahu bahwa ia mewartakan Injil melalui gambar atau lukisan. Lalu saya tertarik,” katanya.

Bagi Pastor Sugiri, buku Nadal itu sangat detil.

“Tapi, ya gaya jaman 500 tahun yang lalu. Saya pikir dengan gaya bangunan Eropa pada waktu itu, saya merasa tidak cocok. Lalu yang saya ambil idenya saja,” lanjutnya.

Evangelisasi baru

Menurut Pastor Sugiri, manusia zaman sekarang cenderung visual karena menyukai gambar, film dan video.

“Jadi saya ada motivasi untuk meneruskan semangat evangelisasi. Ini semangat saya,” katanya.

Sejak bergabung dalam kursus melukis itu, Pastor Sugiri sudah membuat 50 lukisan. Temanya bermacam-macam seperti Kelahiran Yesus, Yesus Dibaptis, Yesus Mengubah Air Menjadi Anggur dan Maria Magdalena Bertemu Yesus.

Ia membuat satu lukisan setidaknya seminggu sekali.

“Saya tidak bisa full time seperti yang lain. Saya hanya konseling sedikit, mengajar, menjadi moderator, menulis buletin Hari Minggu, menerima telepon dan tamu, memberikan Sakramen Pengakuan Dosa dan memimpin Misa harian. Tapi kalau kosong, saya melukis,” kata imam yang lahir pada 23 Desember 1930 di Berne Heeze, Belanda, itu.

Sebagai sarana evangelisasi, Pastor Sugiri tidak mempedulikan kesempurnaan dalam melukis.

“Selalu ada pesan di setiap lukisan. Saya membawa pesan mengenai misteri iman kita, percaya kepada Yesus. Yesus kan kaya dalam seluruh hidup-Nya. Banyak hal yang bisa direnungkan,” lanjutnya.

Bahkan Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo yakin bahwa Pastor Sugiri telah meluangkan banyak waktu untuk evangelisasi.

“Beliau, sejauh saya tahu, mulai belajar melukis pada usia yang sangat senior. Yang sangat istimewa, beliau tidak sekedar melukis demi lukisan, tetapi dalam rangka menggunakannya sebagai media baru pewartaan,” kata prelatus itu kepada ucanews.com.

Pameran

Enam bulan seusai mengikuti kursus melukis itu, sebuah pameran digelar di paroki tempat Pastor Sugiri berkarya. Sebanyak 80 lukisan karyanya dan juga karya beberapa anggota WKRI paroki tersebut dipamerkan.

Januari ini, untuk merayakan ulang tahunnya ke-85, semua lukisan Pastor Sugiri dipamerkan selama delapan hari di Gedung Shekinah, Jakarta Barat.

Sedikitnya setiap hari 20 orang mengunjungi pameran yang berlangsung 13-20 Januari tersebut.

Seorang pengunjung bernama Yustizia dari Paroki St. Maria Imakulata di Kalideres, Jakarta Barat, terkesan dengan sebuah lukisan dengan pesan “Remember Me.”

“Lukisan ini mengenai perjamuan terakhir Yesus sebelum Ia disalibkan. Kita diajak untuk ingat akan segala pengorbanan yang sudah Ia lakukan untuk kita,” katanya kepada ucanews.com.

Bagi umat paroki berusia 55 tahun itu, lukisan karya Pastor Sugiri itu hidup.

“Saya sangat menghargai upaya Pastor Sugiri. Dari pengalamannya, saya yakin idenya banyak sekali yang bisa diserap,” katanya.

Memang Pastor Sugiri berencana untuk membuat 150 lukisan. Namun, ia tidak berencana untuk menjualnya.

“Saat ini baru 50 lukisan. Saya masih banyak pekerjaan rumah. Selama saya masih kuat, tangan tidak gemetaran, saya mau melukis sampai saya mati,” kata Pastor Sugiri.

Katharina R. Lestari, Jakarta

Sumber: ucanews.com


Viewing all articles
Browse latest Browse all 64

Trending Articles