Quantcast
Channel: evangelisasi – UCAN Indonesia
Viewing all articles
Browse latest Browse all 64

Paus desak Gereja Katolik menyatukan belarasa dan evangelisasi

$
0
0

 

Gereja Katolik harus menanggapi tantangan budaya yang dihadapi pernikahan dan kehidupan keluarga dengan persatuan dan kasih sayang, kata Paus Fransiskus, dan dia menyerukan untuk menyatukan  Injil  ke dalam budaya kontemporer.

“Tantangan, masalah dan harapan yang berkaitan dengan pernikahan dan keluarga saat ini terpampang dalam hubungan antara Gereja dan budaya,” katanya kepada para mahasiswa, profesor dan staf Institut Teologi Kepausan untuk Pernikahan dan Keluarga Yohanes Paulus II.

Paus Fransiskus merujuk pada penegasan St. Paulus VI bahwa “perpecahan antara Injil dan kebudayaan adalah tragedi zaman kita,” dan ia menyatakan St. Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI memperdalam pertanyaan tentang inkulturasi dalam Gereja dengan “memfokuskan tentang isu-isu antar budaya dan globalisasi.”

“Kemampuan untuk menghadapi tantangan ini bergantung pada kapasitas untuk sepenuhnya melaksanakan misi evangelisasi, yang melibatkan setiap umat Kristiani,” katanya dalam pertemuan pada 25 November.

Paus Fransiskus menyoroti bagaimana Sinode Para Uskup tentang Sinodalitas baru-baru ini mengembangkan gagasan bahwa “kesatuan Gereja memerlukan komitmen untuk mengatasi keterasingan atau konflik budaya, membangun keharmonisan dan pemahaman di antara masyarakat.”

Untuk mencapai hal tersebut, katanya, lembaga tersebut harus memajukan studi dan penelitian “yang mengembangkan pemahaman kritis tentang sikap berbagai masyarakat dan budaya terhadap pernikahan dan keluarga.”

Mengingatkan mereka akan amanah yang diberikannya institut tersebut tahun 2017, Paus mengatakan bahwa dia ingin mereka memperluas keahlian mereka untuk mempelajari “perkembangan dalam ilmu pengetahuan manusia dan budaya antropologi,” yang “sangat mendasar bagi budaya kehidupan.”

Sayangnya, Paus Fransiskus berkata, “ada negara-negara di mana otoritas publik tidak menghormati martabat dan kebebasan yang dimiliki setiap manusia sebagai hak yang tidak dapat dicabut sebagai anak Tuhan.”

Kendala dan kewajiban masyarakat “terutama membebani perempuan,” katanya, “memaksa mereka ke posisi subordinasi, dan ini sangat buruk.”

Sejak awal pelayanan Yesus, perempuan termasuk di antara para murid, katanya, dan St. Paulus menulis kepada jemaat di Galatia bahwa di dalam Kristus, “tidak ada laki-laki dan perempuan.”

“Hal ini tidak berarti bahwa perbedaan antara keduanya dapat dihilangkan, namun dalam rencana keselamatan tidak ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan: keduanya adalah milik Kristus,” katanya.

Paus Fransiskus kemudian menceritakan sebuah lelucon – seorang imam tua memberitahu dia tentang perlunya berhati-hati di sekitar wanita karena “mereka telah memegang kendali sejak hari itu di Taman Eden.”

Mengutip ensikliknya tahun 2016 berjudul “Amoris Laetitia” tentang pernikahan dan kehidupan keluarga, Paus mengatakan bahwa penginjilan  dalam keluarga adalah “kegembiraan yang memenuhi hati dan kehidupan” dan menyambut anggota baru.

Komunitas Kristen perdana bertemu di rumah-rumah antar keluarga, menjadikan gereja sebagai “tempat tinggal yang terbuka dan ramah” yang memastikan “tidak ada kendala ekonomi atau sosial yang menghalangi orang untuk berjalan di jalan Yesus,” katanya.

Gereja tidak boleh “menutup pintu bagi mereka yang bergumul dalam perjalanan iman, melainkan membuka pintu lebar-lebar karena setiap orang membutuhkan pelayanan pastoral yang penuh belas kasihan dan dorongan,” katanya.

Namun, katanya, “tanpa mengecualikan siapa pun, Gereja memajukan keluarga, yang didasarkan pada pernikahan, memberikan kontribusi di mana pun dan kapan pun untuk menjadikan ikatan perkawinan lebih kuat berdasarkan cinta.”

Sumber: Pope urges church to unite compassion and evangelization

 


Viewing all articles
Browse latest Browse all 64

Trending Articles