Quantcast
Channel: evangelisasi – UCAN Indonesia
Viewing all articles
Browse latest Browse all 64

Ekologi dan kemiskinan jadi salah satu prioritas Gereja Katolik Korea tahun ini

$
0
0

 

Gereja Katolik Korea akan menekankan pelayanan di bidang ekologi dan lingkungan, mendukung masyarakat miskin, iman, evangelisasi dan pelaksanaan sinodalitas sebagai bagian dari prioritas pastoral di tahun baru, kata para pemimpin Gereja.

Melalui Surat Gembala  dari keuskupan-keuskupan di Korea, para uskup menekankan peran Gereja dalam mencerminkan nilai-nilai Injil dengan tujuan memulihkan kehidupan beragama yang terkena dampak pandemi Covid-19.

Gereja telah mengalami pemulihan sebesar 70 persen dari dampak pandemi, namun masih ada “banyak ruang untuk upaya lebih lanjut,” kata Uskup Daejeon Mgr. Augustine Kim Jong-soo.

“Ada perbedaan di paroki dibandingkan era sebelum dan sesudah pandemi,” jelas Kim. “Mohon lakukan yang terbaik untuk mendorong iman melalui pertemuan pribadi dengan umat paroki,” katanya.

Banyak orang meninggalkan Gereja selama pandemi dan tidak lagi mengunjungi gereja, kata Uskup Agung Gwangju Mgr. Simon Ok Hyun-jin.

“Ini berarti Gereja belum mampu memenuhi harapan pribadi atau keinginan komunal di era yang berubah dengan cepat,” kata prelatus itu.

“Ada kebutuhan untuk mengeksplorasi sekali lagi apa peran dan hakikat Injil yang sebenarnya. Ini adalah solidaritas dan berbagi untuk masyarakat miskin,” ujarnya.

Lembaga Penelitian Pastoral Katolik milik Konferensi Waligereja Korea diperkirakan akan menerbitkan “Buku Putih Pastoral Pandemi COVID-19 Gereja Katolik Korea” pada Januari.

Buku putih ini secara sistematis menganalisis dampak langsung dan tidak langsung dari pandemi ini dan menguraikan saran-saran pastoral untuk Gereja-gereja.

Umat Katolik Korea didorong untuk menghayati “makna sebenarnya dari sinodalitas” sesuai dengan semangat “berjalan bersama” Gereja Universal sebagaimana diuraikan dalam Sinode tentang Sinodalitas, kata Uskup Agung Daegu Mgr. Thaddaeus Cho Hwan-kil.

“Dengan mewujudkan secara jelas bentuk persekutuan melalui prinsip sinodalitas, dialog dan mendengarkan melalui Roh Kudus, Gereja harus mengungkapkan dirinya kepada dunia sebagai sakramen persekutuan yang hidup,” ujarnya.

Semua komunitas di keuskupan harus “berusaha menemukan dan mempraktikkan cara-cara konkret untuk mengungkapkan spiritualitas persekutuan sambil mengatasi faktor-faktor yang menghambat kehidupan sinodalitas,” desaknya.

Uskup Incheon Mgr. John Baptist Jung Shin-chul mengatakan tahun 2025 adalah “Ziarah Harapan” untuk merangkul vitalitas baru iman dengan lebih konkrit mempraktikkan arahan Sinode tentang Sinodalitas.

“Kami berencana melakukan segala upaya menginjili rumah-rumah untuk mewariskan iman kepada generasi berikutnya, serta menginjili keluarga-keluarga, komunitas basis Gereja, dan merevitalisasi kehidupan pengabdian yang stagnan,” katanya.

Peremajaan iman dan penginjilan kembali keluarga adalah prioritas untuk tahun baru ini, kata Uskup Jeonju Mgr. John Kim Son-tae.

“Untuk meletakkan dasar bagi evangelisasi keluarga yang baru, kami ingin fokus pada ‘keluarga yang mempraktekkan kasih’ tahun 2024,” katanya.

Pada hari Minggu terakhir setiap bulan, semua paroki akan merayakan Misa untuk pengudusan keluarga, jelasnya.

“Mari kita berikan kesempatan untuk belajar bersama di tingkat distrik atau paroki tentang ajaran Gereja tentang keluarga, kehidupan, seksualitas, dan cinta,” desaknya.

Pastor Paul Shin Eun-keun, administrator Keuskupan Masan, juga menyampaikan pesan serupa.

“Keluarga adalah ruang pertama yang harus diinjili dan di mana iman diwariskan kepada generasi berikutnya,” katanya, seraya menambahkan bahwa pekan pertama setiap bulan akan disebut “Pekan Keluarga.”

“Pada Pekan Keluarga, keluarga berpartisipasi dalam Misa Minggu bersama dan berdoa serta membaca Injil bersama,” katanya.

Uskup Wonju Mgr. Basil Cho Kyu-man mendeklarasikan tahun 2024 sebagai “Tahun Belas Kasih.”

“Dalam persiapan menyambut tahun Yubileum Peziarah Harapan 2025 yang dicanangkan oleh Paus Fransiskus, kita menyambut tahun 2024 sebagai tahun untuk refleksi dan merenungkan ‘rahmat’ Tuhan bagi semua orang. Mari kita lakukan bersama-sama,” katanya.

Upaya ekologi dan lingkungan untuk melindungi “rumah kita bersama” melalui kehidupan pertobatan ekologis merupakan prioritas tahun ini, kata Uskup Andong Mgr. John Chrysostom Kwon Hyeok-ju.

“Ada juga seruan untuk mewujudkan Gereja yang menjalani kehidupan pertobatan ekologis dengan mendengarkan suara Bumi, ‘rumah bersama’ yang diciptakan oleh Tuhan,” katanya.

“Agar Gereja dapat memenuhi misinya menyebarkan keselamatan Tuhan sebagai terang dan garam dunia, Gereja harus mencapai persekutuan dan kesatuan internal melalui pertobatan ekologis dan dilahirkan kembali sebagai Gereja ekologi terintegrasi yang hidup bersama dengan seluruh ciptaan,” katanya.

Dari perspektif pelayanan pastoral terpadu, semua orang diajak untuk melakukan pertobatan ekologis, kata Uskup Suwon Mgr. Matthias Ri Iong-hoo.

“Sekarang, untuk melakukan transisi menuju masyarakat berkelanjutan, kita harus meninggalkan nilai-nilai yang berpusat pada pertumbuhan dan beralih ke kehidupan yang berpusat pada kehidupan,” ujarnya.

Semua orang harus menghormati dan merefleksikan bahwa bumi, rumah kita bersama, “menjadi sakit karena kita menganggap alam sebagai sesuatu yang dapat dieksploitasi dan lupa bahwa kita adalah bagian dari alam,” tambahnya.

Tahun 2024, Gereja Korea akan mendukung kaum muda untuk menjadi pemimpin Gereja dan masyarakat sebagai bagian dari persiapan Hari Orang Muda Katolik Sedunia yang akan diadakan di Seoul tahun 2027, kata Uskup Agung Seoul Mgr. Peter Chung Soon-taick.

“Saat kita bersama-sama mempersiapkan Hari Orang Muda Katolik Sedunia, marilah kita berdoa agar perjalanan persiapan remaja dan dewasa muda akan menjadikan kesempatan ini agar mereka bertumbuh menjadi pemimpin muda dalam Gereja dan masyarakat,” kata Uskup Agung Chung.

Gereja Korea diharapkan mengikuti teladan kasih persaudaraan dan persahabatan sosial Yesus serta melanjutkan upayanya untuk berpartisipasi dalam mencintai sesama dan mewujudkan perdamaian di dunia, kata Uskup Uijeongbu Mgr. Peter Lee Ki-heon dalam pesannya.

“Jika Anda seorang Kristen, ajaran Yesus harus menjadi standar pertama Anda,” katanya.

“Jika Anda melihat dunia dan hidup dari perspektif ajaran sosial Gereja, Anda akan berkenan kepada Tuhan,” tambahnya.

Uskup Jeju Mgr. Pius Moon Chang-woo mendesak masyarakat untuk bekerja sama menciptakan masyarakat yang sepenuhnya melindungi hak asasi manusia.

Uskup Cheongju Mgr. Simon Kim Jong-gang mengatakan umat Katolik akan melanjutkan doa dan upaya untuk kanonisasi para pahlawan dan martir Katolik termasuk Pastor Choi Yang-eop.

Imam tersebut melayani umat Katolik yang teraniaya pada pertengahan abad kesembilan belas selama Dinasti Joseon sebelum kematiannya karena tipus tahun 1861 pada usia 40 tahun.

“Tolong doakan agar mukjizat, tanda kekudusan, dapat dicapai melalui perantaraan Pastor Choi Yang-eop bagi mereka yang sangat membutuhkan,” kata uskup.

Sumber: Ecology poverty among Korean churchs priorities this year

 


Viewing all articles
Browse latest Browse all 64

Trending Articles