Paroki-paroki Katolik harus terus melayani umat dan masyarakat secara setara dan menanggalkan sifat ‘parokial’ atau cakupan yang sempit atau terbatasi.
Inilah seruan yang dibuat oleh Kardinal Luis Antonio Tagle dari Manila pada akhir Konferensi Evangelisasi Baru di Filipina yang berlangsung selama tiga hari hingga 30 Juli.
Prelatus Manila itu mengatakan bahwa gereja harus terus mendukung dan melayani umat dengan memberi ruang bagi orang lain dengan “memasuki penderitaan orang lain.”
“Betapa saya berharap paroki-paroki kita memasuki pintu-pintu penderitaan umat sehingga tidak ada paroki yang menjadi sangat parokial,” katanya.
“Kata parokial berarti sempit,” kata Kardinal Tagle sebelum sekitar 6.000 peserta pada pertemuan tahunan di Manila.
Di tahun keempat ini, konferensi tersebut membahas isu keadilan sosial, lingkungan, orang muda, media sosial, keluarga, dan lain-lain.
Kardinal Tagle mengatakan bahwa dunia “diselimuti rasa takut” pertemuan tahunan ini merupakan undangan bagi umat Katolik untuk memberi ruang bagi mereka “yang ingin melakukan langkah pertama menuju sebuah perjalanan.”
“Dengan memberi ruang bagi orang lain, kita menjadi agen tangan Tuhan, membimbing orang-orang yang telah kehilangan arah sehingga mereka bisa menemukan jalan mereka,” kata kardinal tersebut.
Dia mengatakan “menyentuh luka orang lain” adalah “jalan persatuan” yang akan membantu orang memulihkan rasa kemanusiaan.
“Saya berharap bahwa setiap paroki benar-benar menjadi sebuah persekutuan di mana kita membuka pintu, di mana kita melampaui ketakutan kita, dan dimana kita melihat luka-luka saudara laki-laki atau perempuan kita adalah luka saya juga,” kata Kardinal Tagle.
Dalam kotbahnya pada misa untuk penutupan konferensi tersebut, Uskup Agung Salvatore Fisichella menekankan misi gereja dan peran umat dalam evangelisasi.
“Kami menyadari bahwa kita semua terlibat dalam gerakan sejati, sebuah gerakan yang menyatukan kita dengan Kristus,” kata presiden Dewan Kepausan untuk Promosi Evangelisasi Baru.
Pertemuan tahunan tersebut merupakan inisiatif Keuskupan Agung Manila untuk menemukan dan mengenalkan metode baru untuk menginjili budaya dan masyarakat “dengan baik.”
Pastor Jason Laguerta, direktur konferensi, mengatakan bahwa acara tersebut merupakan upaya terus-menerus untuk mengeksplorasi ungkapan dan narasi baru dalam membagikan Injil “dalam bahasa yang menyentuh, mengubah hati dan jiwa.”
“Evangelisasi baru pada dasarnya berkaitan dengan perjumpaan dengan Yesus dan tanpa ini tidak ada persekutuan lain,” kata imam tersebut, ia menambahkan bahwa, “persekutuan tanpa misi tidak sehat.”
ucanews.com